Crimson Diary: “Untuk Musikalitas Beberapa Generasi Musisi di Kota Malang Menurut Kami Bagus”

Crimson Diary: “Untuk Musikalitas Beberapa Generasi Musisi di Kota Malang Menurut Kami Bagus”

Dibawah naungan label asal Kota Malang Barongsai Records Crimson Diary telah menelurkan album keduanya bertajuk S/t beberapa waktu lalu. Album kedua Crimson Diary mengusung konsep kemasan layaknya buku diary. Mereka juga menyisipkan berbagai cerita dari kerabat dekat para personil Crimson Diary. Tak hanya bermodalkan konsep dari segi kemasan packagingnya. Dari segi materi layak untuk dapat diterima secara luas pada khalayak penikmat musik lokal seperti hadirnya beberapa nuansa musik berupa shoegaze, britpop, post-rock, hingga unsur genre alternative rock. Personil Crimson Diary yang digawangi oleh Bill Walesa Natalendra (gitar), Muklis Huda (gitar), Agung ‘Bampho’ (bass), dan Dyan (drum) juga telah melaksanakan gelaran tur untuk album keduanya di beberapa kota besar Pulau Jawa.

 

Sudah sejak kapan terbentuk band Crimson Diary dan apa saja yang telah kalian rilis hingga saat ini?

Kami udah ngeluarin dua album dalam bentuk CD. Tapi sebelum rilis album kedua kami juga sempat rilis demo dalam bentuk kaset pita tahun lalu yang isinya 3 lagu. Demo lagu itu kami rilis dulu pas waktu bertepatan dengan acara Cassette Store Day 2016 lalu.

 

Mengapa kalian memilih genre altrnative rock dalam bermusik?

Sebetulnya kami itu nggak mengotakkan sebuah genre musik ya dan kami juga sering mendengarkan musik di era 90’an.Ya semacam Smashing Pumpkins, Placebo, sama karena kami juga dulu era 90’an itu memang eranya kami. Walau ada yang bilang musik kami kayak shoegaze, post-rock, kayak britpop itu semua kami serahkan pada pendengar. Tapi intinya kami main musik alternative rock.

 

Jika dibandingkan dari album pertama dan kedua. Perbedaan nuansa musiknya itu seperti apa sih ?

Di album kedua ini jelas soundnya lebih berat dan lebih gelap. Terus lirik-liriknya juga lebih gelap sama curhat-curhatan. Nah untuk album kedua ini, yang nulis liriknya bukan cuma dari personil Crimson Diary aja tapi juga dari sahabat terdekat, ya lebih kaya diary aja sih. Kalau untuk album pertama, itu semua Bill Walesa Natalendra yang nulis liriknya. Tema untuk album pertama itu ceritanya tetap sama, tapi lebih optimis.

 

Kemarin kalian merilis video klip “Tiada Lagi Mimpi Buruk”. Itu bercerita tentang apa sih ?

Sebenarnya lagu itu Bill Walesa Natalendra yang nulis pada tahun 2003. Jadi waktu itu Bill Walesa Natalendra hidupnya terbalik seperti tidur pada pagi hari dan bangun pada malam hari, semacam nocturnal gitu. Jadi dulu itu Bill sering Insomnia kalau tidur itu tidak bisa nyenyak tapi setelah menikah hidupnya stabil.

 

Balik ke album kedua. Kenapa sih mengusung konsep kaya buku diary?

Ya memang dari awalnya sih konsep album kedua ini memang lebih ke buku diary. Kayak dari kami kan kebanyakan udah pada nikah, jadi kayak dari istri atau anak kami cerita mereka kami masukin semua dalam album ini. Nah terus ada ide, bikin kayak buku diary ya jadilah album ini. Tadinya cuma angan-angan aja sih untuk album kedua ini, karena pasti bengkak di biaya kan tapi Alhamdulillah ternyata bisa juga dirilis. Untuk pengonsepan album kedua ini selama satu tahun dan terus ada yang minta satu judul lagu ada artworknya, yaudah akhirnya itu juga bisa terwujud selama satu bulan pas mau rilis. Terus kami juga menyediakan beberapa lembar halaman kosong di album kedua kami ini. Gak konsepin gimana-gimana sih, mungkin barangkali pendengar yang milikin album kedua ini nantinya mau curhat silakan aja. Biar nulis bukan update status terus haha.

 

Album kedua Crimson Diary ini kan kemarin itu sempat digelar dua kali tur. Kesan apa saja yang kalian dapatkan pada saat tur itu ?

Sebetulnya menarik semua, dan banyak cerita. Mungkin pas kami main di Jawa Barat kali ya, yang pada saat itu kami main di acaranya musik punk sedangkan musik kami gak ada punk-punk nya. Tapi tetap mereka respect nya bagus, bahkan sampai-sampai pas kami main mereka diri didepan sambil nikmatin musik kami dari awal perform sampai akhir. Gak cuma Jawa Barat aja sih, pas di Malang kami juga sering main di acara-acaranya anak Underground.

 

Bagaiamana pandangan kalian melihat generasi musik alternative rock khususnya di kota Malang ?

Untuk musikalitas beberapa generasi musisi di kota Malang menurut kami bagus. Walau dominan tapi tetap nggak monoton dan nggak ngikuti trend sama referensinya juga bagus. Mungkin kendalanya cuma karena Malang itu jauh aja sih. Sebenarnya kalau Malang itu rata sih, all genre semuanya ada disana dan sampai sekarang masih eksis sih. Bisa dibilang akhir-akhir tahun 2012 keatas mulai keluar semua band-band dari Malang dengan all genre. Kalau Crimson Diary dari awal terbentuk sampai sekarang lurus aja dijalurnya.

 

Untuk kedepannya, apa aja sih pengembangan musik yang ingin kalian lakukan ?

Kalau dari kami sih mungkin kedepanya banyak emosi yang kami keluarkan dari noise, ya selebihnya ngalir aja. Kadang kami juga dari basic musikalitas kami beda-beda ada yang di blues, rock, punk, dan alternative/pop. Nah dari basic musikalitas itu kami gabungin jadi satu kesatuan dan kami juga musyawarah gimana pengemasan musiknya biar bisa didengar sama banyak orang gitu. Mungkin nanti kedepannya musik kami menggunaka orchestra, dan kami juga pengen banget kolaborasi dengan musisi lain. Tapi nanti realisasinya kami lihat aja kedepannya seperti apa. Dan intinya kami ingin terus ingin berkarya terus. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner