Kiat-kiat Menulis Lirik ala Jimi Multhazam!

Kiat-kiat Menulis Lirik ala Jimi Multhazam!

Sumber Foto : Diambil dari Instagram @jimi_multhazam

Dari apa yang disampaikan Jimi tentang penulisan lirik, dapat disimpulkan bahwa inspirasi, karakter, serta pola kebiasaan adalah poin utama yang menentukan arah dari lirik yang dibuat

Bila saja ada nominasi 10 penulis lirik Indonesia terbaik, maka sudah sepatutnya nama Jimi Multhazam masuk dalam jajaran tiga besar! Ya, Jimi memang punya karakter kuat dalam penulisan lirik di setiap lagu-lagu yang ia buat. Dengan gaya penulisan yang deskriptif, dan dibalut dengan kosa kata gaya lama, lirik-lirik yang ditulis Jimi terasa sangat ajaib juga berkarakter. Sebut saja lagu “Matraman”. Di lagu tersebut Jimi mendeskripsikan keadaan di Matraman, yang kemudian nge-twice ke kisah percintaan, dan dibalut dengan penggunaan ragam kosa kata ala Jimmi: gaya lama namun catchy!

Karakter itu memang sudah menjadi identitas yang melekat, dan bahkan saya bisa menduga lirik yang ditulis Jimi meski tak mengetahui lagunya sebelumnya. Dan beberapa waktu lalu saya berkesempatan ngobrol langsung bersama Jimi tentang gaya penulisan yang ia gunakan ketika menulis lirik, dan di artikel ini saya akan rangkum beberapa tips menulis lirik dari sang maestro, Jimi Multhazam.

Tips pertama dan paling penting dalam menulis lirik adalah mempunyai notes/buku saku. Jimi menekankan bahwa buku saku sangat penting karena banyak potongan-potongan lirik yang tiba-tiba muncul di kepala ketika kita tengah beraktivitas, dan fungsi buku saku adalah mencatat semua ide-ide sepintas itu.

Pertama lo harus punya notes, jadi elo disitu bisa nulis kalimat-kalimat yang lo dapet sehari-hari aja, random, kalo dapet langsung lo tulis di notes. Karena jujur, banyak kata-kata ‘ajaib’ yang tiba-tiba muncul pas gue lagi lakuin satu hal, dan itu sayang banget kalo ga ditulis,” terang Jimi.

Langkah kedua adalah mulai menentukan tema. Memang terlihat kontradiktif, di mana biasanya penentuan tema adalah hal utama. Namun bagi Jimi, menentukan tema dilakukan ketika apa yang sudah dilakukan di langkah pertama, kemudian dikumpulkan dan mulai dibangun jadi satu benang merah.

Kedua lo mulain cari tema, ini yang paling susah. Nah bagian ini lo harus bener-bener ‘kick ass’. Kalo udah dapet tema, lo cocokin benang merahnya, dan kalo pengen pake kalimat yang ‘nendang’, lo pake lirik hasil riset yang lo tulis di notes.”

Dan langkah terakhir adalah mulai mencari judul yang pas dengan tema. Jimi menegaskan bahwa judul yang dipilih harus ‘catchy’, karena jika lirik yang sudah kita tulis bagus tapi judul kurang menarik, lagu tersebut kemungkinan besar akan kurang dilirik.

Terlebih kita sekarang ada di era digital, di mana cari lagu lewat scroll-scroll, nah kalo lo punya judul yang antik, orang pasti penasaran meskipun ga tau lagunya kaya gimana, karena gue juga suka gitu, lagi scroll, terus ada judul yang antik lewat, gue bakal puter meski ga tau yang nyanyi siapa dan lagunya kayak gimana,” tambah Jimi.

Itulah kiat-kiat menulis lirik yang dijabarkan oleh Jimi Multhazam. Memang terlihat cukup simple, namun tetap saja, gaya penulisan seorang penulis lirik akan sangat terikat dengan karakter dan kebiasaan dari sang penulis lirik sendiri, dan juga serapan inspirasi dari karya-karya band/musisi lain bisa dibilang cukup berpengaruh.

Obrolan bersama Jimi tentang penulisan lirik berangsur lebih dalam, di mana Jimi mulai menceritakan inspirasi tema yang biasa ia gunakan dalam setiap lirik yang dibuat. Jimi mengakui bahwa dirinya biasa merespon segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya, mulai dari aktivitas di rumah, keseruan tongkrongan, hingga kisah dari kawan-kawannya ia jadikan tema.

Membahas soal serapan inspirasi dari karya musisi/band lain, Jimi pun nampaknya banyak terinspirasi dari ragam rilisan yang ia dengarkan sebagai stimulan.

Jadi gue kaya ada stimulan, misal gua mau nulis lirik lagu A, nah gue bakalan dengerin album band/musisi lain buat stimulannya. Jadi kalo lokalnya gue biasa dengerin Netral album ‘Minggu Ini’, karena kalo dengerin album itu pasti timbul sesuatu. Terus gue juga dengerin albumnya Rumah Sakit yang ‘Mati Suri’ (Nol Derajat). Gue juga dengerin ‘Mallisa’ dari Dodo Zakaria, terus Iwan Fals album ‘Belum Ada Judul’, sama Utha Likumahuwa album ‘Aku Pasti Datang’. Jadi gue dengerin album-album itu berulang-ulang sebelum gue nulis lirik, tapi jangan lo dengerin sambil nulis lirik, entar takunya hasil tulisan lo yang bakal ke-distract sama lirik-lirik di lagu yang lo dengerin,” jelas Jimi.

Selain itu, seperti yang kita tahu bahwa penggunaan kosa kata gaya lama adalah ‘signature’ yang sering digunakan oleh Jimi. Ia menceritakan bahwa hal itu secara tidak sadar dilakukan karena sedari kecil, ia sering membaca sastra, novel petualangan, novel remaja, dan bacaan lainnya. Jimi mengakui setiap kata yang ia baca pada saat itu, sangat mempengaruhi terhadap gayanya dalam menulis lirik. Makanya tak heran bila banyak kata-kata ‘jadul’ di setiap lagu-lagu karya Jimi.

Itu sih secara ga sadar, waktu kecil kan (gue) sering dikasih sastra, misal karya N. Hadi atau Hamka, segala macem, itu kayanya nyantol sama gue ya akhirnya suka nongol pas gue lagi nulis lirik. Ditambah dulu gue ga terlalu suka main games, jadi sukanya baca novel-novel remaja, novel petualang, nah masa kecil gue itu isinya, dan itu ngaruh banget ke gaya penulisan gue,” kenang Jimi.

Dari apa yang disampaikan Jimi tentang penulisan lirik, dapat disimpulkan bahwa inspirasi, karakter, serta pola kebiasaan adalah poin utama yang menentukan arah dari lirik yang dibuat. Karya-karya yang menurut saya ‘masterpiece’ dari seorang Jimi Multhazam ternyata memiliki cerita dan proses yang panjang. Sekali lagi saya ungkapkan, jika saja ada nominasi 10 penulis lirik Indonesia terbaik, maka nama Jimi Multhazam sangat layak masuk dalam jajaran tiga besar. Takis my frenn!

BACA JUGA - Song Review: BongaBonga feat 3 Oshi – “Horizon Alam Khayal”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner