Patras dan Indie Rock Masa Kini
Sumber Foto : Diambil dari rilisan pers Patras
Sekali lagi, Patras adalah band potensial yang kiranya harus mendapat atensi lebih. Bukan tanpa alasan, karya-karya yang disuguhkan oleh Patras cukup relate dengan kehidupan masa kini
Derasnya musik di arus digital nampaknya menjadi satu kemudahan bagi kita untuk meng-explore lebih jauh tentang musik-musik terbaru – khususnya musik di arus pinggiran yang kini memiliki akses lebih untuk unjuk gigi. Ragam genre tersaji yang dihadirkan oleh para pelakunya, dan tak sedikit pula band/musisi di ranah ini yang tampil dengan materi jempolan. Sudah sepatutnya mereka diberi ruang lebih agar kiprahnya terdengar telinga luas.
Sebagai ruang apresiasi terhadap para pendatang baru, DCDC mengakomodasi hal itu dalam rubrik DCDC Rocka Rockie, yang di dalamnya membahas lebih jauh tentang band/musisi potensial masa kini agar mencuat kepermukaan. Dan untuk DCDC Rocka Rockie bulan September ini, Patras dengan musik Indie Rock-nya dipilih untuk mengisi rubrik ini.
Band yang berbasis di Ibu Kota ini mengawali karir bermusiknya dengan membentuk band beraliran New Wave, Kūmorebi dengan personil Chaska Hermawan (vokal/gitar), Wave (bass/vokal), Leana (key/vokal) dan Mahir Karim (drum) yang sudah menghasilkan beberapa karya. Barulah setelahnya, Chaska dan Mahir melebarkan hasrat bermusiknya dengan membentuk Patras, dan beralih menjadi Indie Rock, dibarengi juga dengan masuknya Raihan Soedewo pada posisi gitar dan Bradley Kustono sebagai penggebuk drum.
Hingga saat ini Patras sudah menelurkan banyak karya. Diantaranya single perdana “Allegory in My Mind”, lalu dilanjutkan EP Asking for Sometime, EP No Need to Serenade When You Look at Me, dan yang terbaru maxi-single “Longing” dan “Asphalt Garden”. Dari banyaknya karya yang sudah dirilis Patras, bukan hanya kuantitas saja yang tersaji, namun kualitas musik yang dihadirkan band ini patut diacungi jempol.
Membahas tentang musik yang disajikan Patras, memang benar, mereka tidak main-main dalam meramu komposisi musik di setiap karyanya. Di mana vokal dari Chaska cukup mewakilkan representasi vokal rock masa kini. Pemilihan chord, lick-lick gitar yang tak berlebihan, dan juga porsi distorsi yang pas menjadi penguat warna dari band ini. Tak lupa isian bassline yang ciamik, disertai gebukan drum yang variatif namun masih dalam benang merah Indie Rock, menjadi sebuah keotentikan dari Patras.
Sekali lagi, Patras adalah band potensial yang kiranya harus mendapat atensi lebih. Bukan tanpa alasan, karya-karya yang disuguhkan oleh Patras cukup relate dengan kehidupan masa kini. Cita musik yang otentik menjadi suguhan utama band ini. Dan terakhir, semoga melalui tulisan ini Patras bisa lebih menjadi-jadi dalam menghadirkan rilisan-rilisan terbarunya.
Comments (0)