Simak Beberapa Lagu yang Terinspirasi dari Sajak Kontroversial Karya Wiji Thukul

Simak Beberapa Lagu yang Terinspirasi dari Sajak Kontroversial Karya Wiji Thukul

Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah kontroversial, salah satunya di era orde baru. Pada saat itu, kericuhan banyak terjadi dan aktivis-aktivis bernada kontra bermunculan dari sana sini. Kejadian ini tentu membuat kaum dengan kepentingan yang bersebrangan menjadi kocar-kacir. Alhasil, ada hal-hal tidak menyenangkan terjadi.

Wiji Thukul adalah salah satu aktivis yang maju dengan frontal. Melalui karya-karyanya yang berupa sajak, ia menyuarakan perlawanan dengan kata-kata lugas dan mampu menyulut semangat orang yang memerhatikan karyanya. Karena potensinya, ia dirasa menjadi ancaman yang mampu memberi suntikan semangat yang tidak mudah padam. Akhirnya, ia lenyap, atau lebih tepatnya dilenyapkan. Kemana dan oleh siapa dia dilenyapkan, hanya dia, Tuhan, dan segelintir manusia yang tahu pastinya.

Baru-baru ini, sebuah film mengenai Wiji Thukul berjudul “Istirahatlah Kata-Kata” dipertontonkan ke khalayak ramai. Judul film ini diambil dari sajak miliknya yang dibuat pada tahun 1988. Untuk sebagian orang, mungkin sosok Wiji Thukul baru terdengar ketika film ini mengudara. Tetapi, sebenarnya sudah ada beberapa band yang mengedepankan kisah kontroversial dari sang aktivis sekaligus sastrawan asal Surakarta ini. Beberapa band independen di Indonesia mengadaptasi karya-karya Wiji Thukul menjadi sebuah lagu, baik berupa musikalisasi sajak atau sebagai fokus utama yang menjadi inspirasi.

 

Homicide – "Sajak Suara"

Seperti yang kita ketahui bersama, Homicide adalah salah satu band fenomenal sepanjang masa. Di lagu-lagu yang mereka sajikan, tak ada satupun lagu yang bisa dinilai “biasa saja”. Lirik-lirik yang frontal, kontroversial, dengan pola permainan hiphop yang sangat jauh dari kebiasaan penggiat hiphop lainnya, Homicide seolah memiliki satu level dengan ruang lingkup khusus.

“Sajak Suara” adalah salah satu lagu Homicide yang paling banyak digandrungi masyarakat. Lagu ini diambil dari album Tha Nekrophone Dayz (2006). Keseluruhan lagu ini memakai sajak asli, yang lalu dikombinasikan dengan rap dan permainan turntable.

Selain Homicide, anak lelaki Wiji Thukul yaitu Fajar Merah pun menyanyikan sajak sang ayah dengan pola musik yang juga jauh berbeda. Masih mengangkat “Sajak Suara”, Fajar Merah berkolaborasi dengan Melanie Subono yang juga kerap kali terjun ke hal-hal semacam ini.

Sajak Suara

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
siapkan untukmu pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin menjarah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
Ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan!

 

Jeruji – "Lawan"

Kami cinta negeri ini, tapi kami benci sistem yang ada. Ingat, hanya ada satu kata: lawan!

Penggalan kalimat di atas sepertinya sudah tertanam erat di benak orang-orang yang menyukai musik-musik keras. Kalimat pembuka dari lagu “Lawan” masih menjadi gebrakan semangat yang terus berlaku hingga hari ini. Kebanyakan orang hanya menyadari nama Jeruji di belakang kata-kata provokatif ini, padahal sebenarnya mereka masih mengambil dari salah satu sajak milik Wiji Thukul.

“Peringatan” adalah judul dari sajak yang menjadi inspirasi Jeruji. “Peringatan sendiri dibuat pada tahun 1986 di Solo, tempat kelahiran Wiji Thukul. Pada sajak ini, Jeruji tidak mengadaptasi keseluruhan sajaknya dalam lirik, justru memilih kata yang paling pas untuk menggambarkan keberingasan Jeruji. “Lawan” menjadi salah satu materi andalan Jeruji pada album dengan titel sama, yaitu Lawan yang diluncurkan di era tahun 2000an.

Peringatan

jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh ubversive dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!

 

Taring – "Kata-Kata Belum Binasa"

Salah satu band yang menancapkan bendera pada ketertarikan atas karya-karya Wiji Thukul adalah Taring. Melalui album perdana di 2014 lalu, Taring memperkenalkan lagu yang memang didedikasikan untuk Wiji Thukul. “Kata-Kata Belum Binasa” adalah lagu yang mereka tunjuk untuk menghormati dan mengapresiasi sang aktivis. Lagu ini pun jelas terinspirasi dari salah satu sajak Wiji Thukul, yaitu “Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa” yang dibuat pada 18 Juni 1997.

Lirik yang diangkat pada lagu ini tidak sepenuhnya mengambil dari sajak Wiji Thukul. Mereka meracik materi yang berbeda dengan kiblat kepada sajak Wiji Thukul. Sejak saat itu, Taring kerap kali diidentikan dengan hal-hal berbau politik dan perlawanan terhadap sistem kepemerintahan atau hal-hal yang dianggap tidak transparan. “Meredam Dendam dengan Bara” pun merupakan lagu lainnya dalam Nazar Palagan yang juga didedikasikan kepada tokoh yang hilang ke antah berantah, hingga hari ini.

Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa

aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa
puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup
aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner