Dari Ambon – Maluku, Indonesia Bagian Timur untuk Kota Musik Dunia

Dari Ambon – Maluku, Indonesia Bagian Timur untuk Kota Musik Dunia

Foto didapatkan di Change.org

Kami meyakini bahwa musik menjadi katalisator penting bagi orang Maluku,” – Glenn Fredly

Terlahir sebagai musikus yang berasal dari wilayah Indonesia Timur, Ambon – solois Glenn Fredly dan gitaris Slank – Ridho Hafiedz terus setia mengawal pencanangan Ambon sebagai Kota Musik Dunia oleh Badan Warisan Budaya Dunia Internasional – UNESCO. Selama tiga tahun terakhir keduanya tanpa lelah menggalang dukungan publik Indonesia melalui petisi secara daring via situs pelantar web Change.org.

Glenn dan Ridho memulai membuat petisi yang ditujukan mula-mula kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berjudul "Dukung Ambon Menjadi Kota Musik Dunia oleh UNESCO".

“Kami meyakini bahwa musik menjadi katalisator penting bagi orang Maluku,” ungkap Glenn. Petisi sendiri sudah dimulai sejak Selasa (14/5/19). Hingga Kamis (16/5/19), publik yang mendukung dan menandatangani isi petisi sudah mencapai 25 ribu lebih orang.  “Kami melihat pencanangan Ambon dengan cita-citanya menuju kota musik dunia adalah sebuah keniscayaan sekaligus pekerjaan besar serta kolektif yang seharusnya menjadi kesempatan penting bagi terbukanya pintu masa depan bukan hanya bagi kota Ambon tapi Maluku secara keseluruhan,” dalam isi petisinya.

Perjalanan industri musik Indonesia sampai dengan tulisan ini dimuat, terlahir dari beberapa faktor. Salah satu yang terkuat, banyak musisi dan penyanyi asal Maluku yang telah memberikan segenap kontribusi besarnya. Baik mencetak karir di dalam negeri maupun harum hingga ke luar negeri. Membawa nama Ambon, Maluku, dan Indonesia. Musik menjadi katalisator paling wahid bagi orang Maluku.

Pada isi surat petisinya, Maluku dihadapkan dengan begitu banyak realitas sosial domestik yang harus dihadapi dan juga dibenahi. Sektor pendidikan, lingkungan hidup, serta tingkat kesejahteraan khususnya di kalangan anak muda. Dilansir dari data BPS yang mencatat tingkat pengangguran terbuka di Maluku pada bulan Februari 2019 menempati peringkat ke tiga secara nasional yaitu sebesar 6,91 % setelah Jawa Barat 7,73 % dan Banten 7,58 %. Tentunya sebagian data BPS ini bisa menjadi acuan untuk kita bisa melihat realitas sosial yang ada.

Dilihat dari berbagai segi, baik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya - musik bagi masyarakat Maluku telah menjadi bagian keseharian serta budaya yang tak terpisahkan. Sejarah mencatat bagaimana musik menjadi alat penting untuk merajut perdamaian di kota Ambon pada konflik sara yang muncul medio 2005. Hal ini terjadi setelah melawati konflik horizontal yang kompleks, panjang, dan melelahkan. Memakan korban jiwa, materi serta menguras mental psikologis masyarakat Ambon saat itu.

Glenn dan Ridho Hafiedz, ikut serta menjadi bagian dari proses rekonsiliasi tersebut. Keduanya menilai bagaiman musik yang mereka mainkan bersama mampu menjadi ‘senjata’ paling ampuh dalam merajut asa perdamaian yang luluh lantak. Kemanusiaan dan persaudaran yang terjalin berabad-abad dan sempat runtuh dengan adanya konflik tersebut kembali terwujud di tengah puluhan ribu masyarakat yang tumpah ruah di lapangan Merdeka 11 tahun kemudian.

Perkembangan musik dari masa ke masa sangat erat berkaitan dengan teknologi dan inovasi. Dua hal ini jugalah yang sangat dekat dengan kreativitas anak muda. Maka, tidak hanya demi kemajuan dalam konteks sosial, budaya, serta pendidikan – namun musik turut berperan besar kontribusinya dalam sektor pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. Alasan utama inilah yang mendukung kota Ambon dengan segala rekam jejaknya dalam peta musik untuk menjadi jejaring dalam jaringan dari kota musik dunia oleh UNESCO. Beberapa alasan lain yang mendorong tercetusnya petisi ini, adalah menjadikan kota Ambon sebagai contoh sukses bahwa melalui musik, program pembangunan berkelanjutan (SDGs) milik United Nation dapat terlaksana dengan baik. Konferensi Musik Indonesia yang diselenggarkan perdana pada tanggal 7-9 Maret 2018, bertempat di kota Ambon mempertemukan para pemangku kebijakan, perwakilandari ekosistem musik dan sector swasta. Konferensi tiga hari ini diusulkan dan dirancang oleh Glenn setelah dia mendapatkan tempat dalam kepengurusan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia). Konferensi dibuka oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta dihadiri oleh Menkominfo Rudiantara, Ketua BEkraf yang juga mantan musisi rock 1980-an Triawan Munaf, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, salah satu pimpinan Ketua KPK Saut Situmorang yang juga turut menghadiri dan para pembicara yang berasal dari lintas disiplin seni, budaya serta literasi. Konferensi ini kemudain menghasilkan 12 poin pemikiran dari perwakilan para pelaku industri musik tanah air dan diserahkan beberapa waktu setelahnya kepada Presiden jokowi dan KEtua DPR Bambang Soesatyo pada tahun 2018.

Kota Ambon di Maluku memang telah dicanangkan sebagai kota musik dunia oleh pemerintah pusat pada 29 Oktober 2016. Kala itu, Badan Ekonomi Kreatif, Pemprov Maluku, dan Pemkot Ambon membuat pernyataan bersama di hadapan khalayak Ambon di Lapangan Merdeka, bahwa mereka berkomitmen menjadikan Ambon sebagai kota musik dunia lewat UNESCO (badan organisasi PBB untuk urusan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan).

Boleh dikatakan jika kekayaan musik di Indonesia semakin soulful berkat sentuhan, daya pikat dan kekuatan bermusik dari musisi atau seniman, asal Ambonia. Terbentang dari musik periode penjajahan, Hawaiian, swing sixties, rock ugal tahun 70-an, pop jazz akhir 70-an sampai 1980-an, masa emas 1990an hingga saat ini. Jika disebutkan satu persatu, muncul nama-nama masyhur seperti Bob Tutupoli, Didi Patinasarane, Keluarga Suweileh, Keluarga Pattiselano, Sahilatua Bersaudara, Christ Pattikawa, Melky Goeslaw,Keluarga Tahitoe, George de Freites, Rudy Wairata, Ming Luhulima Bram Atjeh yang tidak lain adalah Kakek dari Glenn Fredly & Harvey Malaiholo, lalu bassist berjari lengket Yance Manusama juga asal Ambon tetapi besar di Bandung, dilanjut Lex Trio, Irma June, Lita Zein, Andre Hehanusa, Melly Manuhutu, Ruth Sahanaya, Wilson Simon Malseka, Hein Tanamal, Benny Likumahuwa, Daniel Sahuleka, hingga mendiang Bartje Van Houten, Christ Kayhatu, Broery Marantika, Mike Mohede & Utha Likumahuwa. Lalu berlanjut generasi penerusnya seperti, Barry Likumahuwa, Monita Tahalea, Geronimo dan seterusnya.

Musik adalah bagian yang terpisahkan dari lahir, hidup, dan matinya orang Ambon. Mendarah daging dan menjadi jati diri para Mollocoan / Malukuan. Wacana Ambon sebagai kota musik sudah dicanangkan oleh Walikota Ambon dan Gubernur Maluku sejak tahun 2011. Hal ini didukung penuh boleh Badan Ekonomi Kreatif yang gencar turut mendukungnya. Hingga pada 29 Oktober 2016 lalu, bertempat di lapangan Merdeka di depan khalayak masyarakat kota Ambon deklarasi dihelat di Ambon sebagai Kota MUsik Dunia yang menjadi awal lahirnya petisi ini.

"Petisi ini menjadi berharga untuk melengkapi serta meyakinkan UNESCO, bahwa Kota Ambon di Maluku, dengan segala rekam jejaknya melalui musik, layak untuk menjadi bagian dari jaringan kota musik dunia," kata dia dilansir dari mediaindonesia.com.

Rencananya, pada akhir bulan Juni tahun 2019 ini, melalui Ambon Music Office akan menyerahkan formulir aplikasinya kepada pihak UNESCO. Selain dari dukungan penuh beberapa negara yang telah menjadi bagian dari jaringan kota Musik Dunia seperti Adelaide (Australia), Tongyeong (Korea Selatan) telah bergulir dari jauh-jauh hari dan salah satunya melalui petisi yang digagas Glenn Fredly dan Ridho Hafiedz ini menjadi semakin berharga untuk melengkapi serta meyakinkan UNESCO bahwa kota Ambon – Maluku dengan rekam jejaknya melalui musik sehingga layak untuk menjadi bagian dari rantai kota Musik Dunia.

“Lewat Musik kota Ambon Maluku berhak mempunyai kesempatan untuk mengejar mimpi serta harapan masa depannya terutama bagi generasi mudanya yang sudah dikaruniai kemampuan dalam kreativitas bermusik yang tidak bisa dipisahkan. Saya dan Ridho Hafiedz mengajak kalian untuk mendukung petisi ini, semoga lewat petisi ini kita bisa menjadi bagian dalam mewujudkan cita-cita kota Ambon-Maluku untuk menjadi Kota Musik Dunia pertama di Indonesia,” seru Glenn.

“Lewat Musik kota Ambon Maluku berhak mempunyai kesempatan untuk mengejar mimpi serta harapan masa depannya terutama bagi generasi mudanya yang sudah dikaruniai kemampuan dalam kreativitas bermusik yang tidak bisa dipisahkan. Saya dan Ridho Hafiedz mengajak kalian untuk mendukung petisi ini, semoga lewat petisi ini kita bisa menjadi bagian dalam mewujudkan cita-cita kota Ambon-Maluku untuk menjadi Kota Musik Dunia pertama di Indonesia,” seru Glenn.

Silakan selancar petisi ini jika berkenan melalui dengan klik di sini.

Sumber Riset dan Referensi:
https://mediaindonesia.com/read/detail/236224-glen-fredly-galang-petisi-untuk-ambon
https://tirto.id/musisi-musisi-dari-ambonia
https://www.medcom.id/hiburan/musik/1bVVZxLb-glenn-fredly-galang-petisi-dukungan-ambon-menjadi-kota-musik-dunia

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner