DCDC Ngabuburit Goes to Campus UIN Sunan Gunung Jati

DCDC Ngabuburit Goes to Campus UIN Sunan Gunung Jati

Acara DCDC Ngabuburit Goes to Campus menginjak titik pertama, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (11/6). Meskipun cuaca cukup terik, mahasiswa dan mahasiswi UIN sudah terlihat berkeliaran di sekitaran lokasi acara. Bukan cuma mereka, kita juga bisa melihat warga sekitar yang ikut datang buat menikmati acara. Selain mengundang empat presiden dari empat republik, DCDC Ngabuburit Goes to Campus juga mengajak komunitas-komunitas yang bernaung di UIN untuk ikut terlibat dalam acara.

Sekitar pukul 14.30, salah satu mahasiswi dari UIN bernama Salsabila pun membuka acara dengan format akustik. Ia disambut meriah oleh tepuk tangan dari sebagian penonton yang juga merupakan teman-temannya. Selepas penampilan Salsabila, kelompok nasyid dari Jurusan Jurnalistik UIN bernama Jurnalsyid pun ikut unjuk gigi.

BACA JUGA - DCDC Ngabuburit Goes to Campus UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Acara pun dilanjutkan dengan talkshow bersama empat presiden; Man Jasad dari Republik Gaban, Pidi Baiq dari Republik Panas Dalam, Zastrouw Al Ngatawi dari Republik Jalanan, dan Budi Dalton dari Republik Pacantel. Sepanjang talkshow suasana riuh penuh tawa. “Ospek boleh diadakan di kampus, asal jangan di masjid,” ujar Budi Dalton saat talkshow. Hal-hal yang empat presiden ini bahas memang bikin terpingkal-pingkal. Mulai dari soal ospek sampai Presiden Amerika Serikat, semua mereka babat habis.

Saat di sela-sela talkshow, Budi Cilok dengan gitar plus band pengiringnya turut menghibur penonton UIN. Ia juga turut memeriahkan akhir acara dengan lagu-lagu andalannya. Budi Cilok juga membawakan anthem “Djangan Berisik” bersama Zastrouw kala itu.

Dua komunitas ikutan ngabuburit
Kalau sempat berkeliling di area DCDC Ngabuburit Goes to Campus, kita akan menemukan banyak hal menarik, salah satunya booth komunitas dari Kampus UIN. Meski rencana awal bakal ada empat komunitas yang hadir, hari itu hanya dua yang tidak berhalangan untuk hadir, salah satunya komunitas motor antik. “Kita mau buat suatu wadah buat pecinta motor klasik di UIN. Kita baru kebentuk sekitar satu bulan. Kalau enggak bulan puasa sih biasanya kita kumpul tiap malam sabtu, tapi sekarang kita kumpul habis taraweh. Insyaallah kedepannya kita mau bikin bakti sosial,” ujar Reza Fakhruroji, salah satu anggota komunitas.

Kita bisa melihat motor-motor antik yang terparkir di booth mereka, sekaligus para pemiliknya yang tidak sungkan jika diajak mengobrol. “Sekarang ini anggota yang bergabung sudah sekitar lima belas orang, tapi saya lihat masih banyak yang punya motor klasik di UIN belum bergabung. Mungkin nanti kita rangkul lagi,” cerita Reza. “Enggak ada syaratnya, yang penting bermotor klasik”.

Bersebelahan dengan komunitas motor antik, kita akan melihat jejeran buku dengan berbagai topik. Ini merupakan booth dari Perpus Jalanan Ba’da Ashar, salah satu komunitas dari UIN juga. “Jadi salah satu panitia dari acara ini teman kita juga, terus dikabarin dapet stand buat Perpus Jalanan. Akhirnya kita ikut gabung hari ini,” kata Ahmad Fauzi yang akrab dipanggil Fauzi.

Fauzi mengungkapkan, komunitas ini bukan satu-satunya perpustakaan jalanan yang ada di Bandung. Ia dan kawan-kawannya memang terinspirasi dari komunitas yang sudah ada sebelumnya dan ingin membawa spirit yang sama. “Di Bandung sendiri banyak komunitas kayak gini, misal di Unpad Jatinangor ada Komunitas Gerbang, terus Komunitas Perpus Jalanannya sendiri juga ada. Kita tuh mencoba membangkitkan lagi selera buat membaca. Sekarang kan perpus konvensional jarang dikunjungi. Istilahnya kita jemput bola lah,” ungkap Fauzi.

Perpus Jalanan Ba’da Ashar sendiri sering melapak di seputaran UIN Sunan Gunung Jati. Selain para mahasiswa dan mahasiswi, anak-anak dari sekitar UIN juga terkadang ikut datang untuk membaca buku. Kegiatan ini sering mereka adakan setelah Ashar dan menjadi inspirasi untuk nama komunitas mereka. “Kita sering ngumpul ba’da (sesudah) Ashar, jadi akhirnya kita namain komunitas ini Perpus Jalanan Ba’da Ashar,” cerita Fauzi.

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner