BERSAMA HERU AJID #3
Setelah Heru Ajid selesai makan, dia ngambil beberapa anggur dan sepotong semangka dari lemari es, lalu duduk kembali denganku di ruang tamu. "Sekarang Ayah masih berhubungan gak dengan mantan Ayah?", Heru Ajid nanya.
Jawabku:"Masih laah. Dia sekarang menjadi dutaku di kehidupan masa laluku. Tugasnya memberi data dan informasi tentang apa yang sudah terjadi di masa lalu". Heru Ajid tersenyum. "Untuk apa data dan informasi itu?".
"Banyak gunanya. Bisa untuk bahan introspeksi, bisa untuk naikin kualitas rindu. Bisa untuk data bikin lagu, tulisan, dan lain-lain. Banyaklah". Heru Ajid tersenyum lagi. "Tapi kan dia menyakitimu, Ayah?!" "Kan sudah kubilang, rasa sayangku kepadanya lebih besar dari rasa sakit itu, yang membantuku untuk bisa memberinya kesembuhan. Jika dia pergi, kukira itu lebih baik, maksudku insya Allah aku akan baik-baik saja. Yang aku takutkan adalah kalau aku yang pergi meninggalkannya, itu akan membuat aku terus merasa bersalah di sepanjang perjalanan hidupku"
"Ayah, bagusnya aku harus gimana?", tanya Heru Ajid seraya memandangku. "Tenang saja, Perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah apabila habis itu saling lupa. Tenang saja, Perpisahan tak menyakitkan, yang menyakitkan adalah apabila habis itu saling benci"
"Iya, Ayah".
TAMAT
Comments (5)