21 Tahun Api dari Timur Tengkorak Bertaring Melibas Jawadwipa
...Sebuah ekspansi black metal dari Immortal Rites
Hari ini, kata "Nusantara" santer digaungkan kembali di skena musik black metal Indonesia. Mereka memberi gelar black metal Nusantara sebagai sebuah representasi dari pergerakan musik black metal di Indonesia. Mereka mencoba menata ulang definisi musik black metal yang notabene lahir dan berkembang di benua Eropa.
Musik black metal yang berasal dari benua Eropa masuk ke Indonesia banyak didominasi oleh tema luciferian, paganisme dan nilai-nilai perlawanan terhadap dominasi mayoritas dalam hal ini kaum gereja Kristen. Dalam perjalanan waktu, tema musik black metal yang berasal dari Eropa dirasa kurang begitu cocok dengan kultur di Indonesia. Sebagian menganggap bahwa komunitas black metal di Indonesia dinilai eksklusif dan cenderung menutup diri. Hal inilah yang menimbulkan kesan seolah komunitas black metal menjadi tersisihkan oleh komunitas musik ekstrim lainnya. Beberapa komunitas black metal di Indonesia kemudian giat berdiskusi dan menggali kembali referensi terkait dengan nilai-nilai yang terdapat di budaya lokal.
Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh terkait gerakan black metal Nusantara, ada baiknya kita tinjau dulu definisi kata "Nusantara" berdasarkan catatan sejarah.
Kalimat ini pertama kali dicetuskan oleh Sri Kertanegara pada kisaran tahun 1275, raja kerajaan Singhasari, yang terangkum dalam konsep Cakrawala Mandala Dwipantara. Dwipantara adalah kata dalam bahasa Sanskerta untuk ‘kepulauan antara’, yang maknanya sama persis dengan Nusantara. "Dwipa" adalah sinonim "nusa" yang bermakna pulau, dan "antara" berarti luar. Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau yang berada di luar pulau jawa. Kata Nusantara dapat kita jumpai di dalam Kitab Pararaton ketika Maha Patih Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit pada tahun 1258 Saka atau 1336 Masehi, dan beliau melakukan Sumpah Palapa yang isinya:
“Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.
Comments (0)