Perjalananmu, Kisahmu: Menemukan Diri dalam Lirik dan Lagu
Cerita dalam lirik kemudian dikemas dalam kata-kata dan kalimat. Kemaslah berdasarkan pengetahuan dan kekayaan kosakata yang kita punya. Pemilihan kata yang terlalu dipaksakan untuk terlihat indah, yang pada dasarnya bukan merupakan gaya bertutur asli si penulis, malah membuat karya tersebut terasa seperti pameran intelektual saja. Etalase kata- kata indah yang tidak sarat rasa dan makna. Bila merasa kurang percaya diri dengan diksi yang itu-itu saja, banyak-banyaklah membaca untuk menambah perbendaharaan kosakata. Semakin kaya kosakata yang kita punya, semakin banyak rasa yang bisa diwakilkan dalam lirik.
Penguasaan tata bahasa yang baik juga diperlukan dalam mengemas lirik yang baik. Sekadar kata-kata indah bila asal-asalan saja dirangkai bisa jadi tidak bermakna, malah mungkin tidak akan dimengerti pendengar. Perkaya juga pengetahuan kita terhadap macam-macam majas supaya lirik bisa terasa luwes apik, tidak kaku seperti kanebo kering. Bukankah kalimat “wajahmu ranum seperti anggur” lebih elok didengar daripada “kamu cantik seperti aktris kesukaanku”?
Kemudian mengenai lagu. Lagi-lagi saya percaya, tidak ada hal yang benar-benar baru di kolong langit ini. Lagu-lagu yang terlahir hari-hari ini pasti terinspirasi dari karya musisi-musisi yang sudah ada. Tinggal bagaimana kita meramunya saja. Sama seperti pengayaan kosakata, penting juga bagi seorang penulis lagu untuk memperkaya perbendaharaan bunyi dan chord. Mendengarkan musik dari berbagai genre akan sangat membantu penulis lagu menemukan gaya yang cocok untuk mengemas cerita yang dimilikinya. Namun hal-hal yang menginspirasi kita dalam menggubah lagu jangan sampai memendam jati diri kita.
Boleh kita terinspirasi dari seseorang, mengadaptasi gaya musisi lain, tapi ide utama yang datang dari diri kita tetaplah harus mendapat porsi utama dari karya kita. Percaya dirilah dengan kata-kata dan ide bunyi-bunyian yang kita punya supaya kita tidak kehilangan jati diri.
Comments (0)